Jul 17, 2011

Sifat Manusia

Jendela johari

Jendela johari merupakan matriks empat sel yang merfeleksikan perwujudan hubungan antara seseorang dengan pihak lain. Empat matriks dalam konsep ini adalah daerah publik; daerah buta; daerah tersembunyi dan daerah yang tidak disadari (Gambar 1).


Gambar 1. Refleksi diri melalui jendela johari

Menurut konsep ini, pengungkapan diri (perluasan daerah A) dilakukan dengan pengungkapan diri (penyempitan daerah C), dan menerima umpan balik (penyempitan dae-rah B). Seorang ilmuwan dengan daerah publik (A) yang luas, memiliki konsep diri positif: berkepribadian matang, percaya diri, tidak takut gagal dan siap menghadapi tantangan dan hal ini sangat penting untuk memenuhi ritme kerja ilmuwan yang seharusnya bekerja keras dan cerdas, melakukan analisa dan sintesa, presentasi, publikasi, travel dan tampil di media massa.


Hamlet’s Case

Seorang manusia apalagi ilmuwan, harus memiliki kematangan emosi, mampu berpikir rasional dalam menghadapi berbagai masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik walaupun pada kondisi tekanan yang sangat tinggi. Ketidaksiapan mental dalam menghadapi tekanan bisa mengakibatkan kesalahan pada saat harus mengambil suatu keputusan rasional yang akan berdampak fatal jika keputusan itu menyangkut hidup orang banyak.

Kita bisa belajar dari kasus Hamlet (karya Ernest Hemingway yang sangat populer), yang menggambarkan seorang individu yang tidak bisa membuat suatu keputusan. Ketidakmampuan membuat keputusan rasional ini selain karena masalah psikologi, juga karena keterbatasan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan. Kasus ini mengajarkan bahwa keputusan yang diambil dalam keadaan tidak menentu, menyebabkan konsekuensi dari terjadinya kesalahan (galat) tidak mampu terpikirkan.

Paradoks dan Dilema

Paradoks atau Lawan Asas merupakan suatu pernyataan yang benar atau sekelompok pernyataan yang mengarah pada kontradiksi atau suatu keadaan yang menentang intuisi sementara dilema merupakan salah satu bentuk paradoks yang terjadi karena suatu fakta bahwa suatu pilihan rasional dari seseorang ternyata menghasilkan keluaran yang rendah mutunya (inferior) bagi pihak yang lainnya.

Tema-tema umum dalam paradoks yang langsung maupun tidak langsung termasuk rujukan diri, ketidakterbatasan, definisi sirkular dan kebingungan dalam level penalaran. Paradoks yang bukan karena kesalahan tersembunyi biasanya terjadi karena pemahaman yang tidak tepat terhadap konteks atau bahasa.

Dalam falsafah moral, paradoks berperanan penting dalam debat-debat mengenai masalah etika. Contoh nyata paradoks adalah konflik diantara pemahaman perasaan ketika harus mencuri (atau korupsi), melawan suatu “keharusan” untuk korupsi guna menafkahi keluarga yang kekurangan.

Emotional spiritual quotient (ESQ)

Manusia yang diinginkan adalah manusia sukses yang mulia. Tapi, banyak orang sukses ternyata tidak mulia sebaliknya, tidak banyak yang mulia tetapi tidak sukses. ESQ merupakan kearifan sosial yang diwujudkan oleh kepandaian dan kematangan jiwa yang mencukupi dan didorong oleh pemahaman spiritual yang mencukupi. ESQ yang merupakan integrasi antara IQ, EQ dan SQ diperlukan untuk menjadi manusia paripurna/insan mulia (Gambar 2). Dalam kubik leadership artikulasi ketiganya diwakili oleh tiga pimpin (keyakinan-aksi-pekerti). Karakter penting untuk manusia pembelajar menjadi insan mulia adalah bertakwa pada Tuhannya, mencintai pekerjaan; berikhtiar; ber-tawakal; bersyukur; bersabar dan istiqomah. Dalam perjalanan menjadi insan yang sukses dan mulia, unsur-unsur positif dikedepankan, dan unsur-unsur negatif dikikis habis.


Gambar 2. Integrasi antara IQ EQ dan SQ terhadap pembentukan manusia