Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang ditata sehingga menampilkan pola-pola yang teratur dan berlaku secara umum. Menurut paham empirisme, pengetahuan diperoleh melalui pengamatan atas fakta yang ditemukan di alam; sementara menurut paham rasionalisme, kebenaran pengetahuan hanya dapat ditemukan melalui proses pemikiran atau penalaran.
Proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan disebut proses bernalar. Penalaran menghasilkan ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan dianggap sahih (valid) jika proses penarikan kesimpulannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut yang disebut logika.
Logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Paham empirisme melakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan logika induktif, sementara penganut paham rasionalisme melakukan penarikan kesimpulan dengan logika deduktif. Logika induktif digunakan untuk penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum. Sedangkan logika deduktif biasanya membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Misalnya, kita memiliki fakta bahwa harimau, gajah, sapi, kera dan ayam memiliki mata maka kita menarik kesimpulan umum bahwa semua binatang memiliki mata. Pada penalaran dengan logika deduktif, kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang mendasarinya sehingga dilakukan penarikan kesimpulan yang bersifat khusus dengan menggunakan pernyataan yang bersifat umum menggunakan pola pikir silogisme. Silogisme dibentuk oleh dua pernyataan alasan (premis mayor dan premis minor) dan kesimpulan yang ditarik secara logis dari dua premis pendukungnya. Sebagai contoh: jika semua makhluk hidup memiliki mata (premis mayor-umum) dan si Polan adalah makhluk hidup (premis minor) maka si Polan mempunyai mata (kesimpulan). Pertumbuhan, pergantian dan penyerapan teori
Ilmu atau pengetahuan ilmiah dikembangkan dengan menggabungkan pendekatan rasionalis dan pengalaman empiris sehingga suatu pernyataan ilmiah merupakan penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Metode deduksi digunakan untuk menemukan aturan-aturan yang berlaku secara pasti, dengan bersandar pada aksioma yang kebenarannya telah ditentukan sementara metoda induksi digunakan untuk menguji apakah aksioma yang digunakan tersebut dapat terus dipertahankan sehingga bisa dikembangkan lebih lanjut) atau tidak.
Interaksi logika deduksi dan induksi dalam alur berpikir metode ilmiah ditampilkan pada Gambar 1. Suatu penjelasan rasional yang belum teruji kebenarannya secara empiris statusnya masih bersifat hipotesis. Hipotesis disusun secara deduktif menggunakan premis-premis dari ilmu yang sudah diketahui kebenarannya, sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah.
Proses induksi dilakukan pada tahap verifikasi atau pengujian hipotesis, dimana dilakukan pengumpulan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah hipotesis didukung oleh fakta (dapat dibuktikan) atau tidak. Penggunaan logika deduksi dan induksi secara berkesinambungan inilah yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan, pergantian dan penyerapan suatu teori (ilmu).
Proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan disebut proses bernalar. Penalaran menghasilkan ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan dianggap sahih (valid) jika proses penarikan kesimpulannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut yang disebut logika.
Logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Paham empirisme melakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan logika induktif, sementara penganut paham rasionalisme melakukan penarikan kesimpulan dengan logika deduktif. Logika induktif digunakan untuk penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum. Sedangkan logika deduktif biasanya membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Misalnya, kita memiliki fakta bahwa harimau, gajah, sapi, kera dan ayam memiliki mata maka kita menarik kesimpulan umum bahwa semua binatang memiliki mata. Pada penalaran dengan logika deduktif, kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang mendasarinya sehingga dilakukan penarikan kesimpulan yang bersifat khusus dengan menggunakan pernyataan yang bersifat umum menggunakan pola pikir silogisme. Silogisme dibentuk oleh dua pernyataan alasan (premis mayor dan premis minor) dan kesimpulan yang ditarik secara logis dari dua premis pendukungnya. Sebagai contoh: jika semua makhluk hidup memiliki mata (premis mayor-umum) dan si Polan adalah makhluk hidup (premis minor) maka si Polan mempunyai mata (kesimpulan). Pertumbuhan, pergantian dan penyerapan teori
Ilmu atau pengetahuan ilmiah dikembangkan dengan menggabungkan pendekatan rasionalis dan pengalaman empiris sehingga suatu pernyataan ilmiah merupakan penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Metode deduksi digunakan untuk menemukan aturan-aturan yang berlaku secara pasti, dengan bersandar pada aksioma yang kebenarannya telah ditentukan sementara metoda induksi digunakan untuk menguji apakah aksioma yang digunakan tersebut dapat terus dipertahankan sehingga bisa dikembangkan lebih lanjut) atau tidak.
Interaksi logika deduksi dan induksi dalam alur berpikir metode ilmiah ditampilkan pada Gambar 1. Suatu penjelasan rasional yang belum teruji kebenarannya secara empiris statusnya masih bersifat hipotesis. Hipotesis disusun secara deduktif menggunakan premis-premis dari ilmu yang sudah diketahui kebenarannya, sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah.
Proses induksi dilakukan pada tahap verifikasi atau pengujian hipotesis, dimana dilakukan pengumpulan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah hipotesis didukung oleh fakta (dapat dibuktikan) atau tidak. Penggunaan logika deduksi dan induksi secara berkesinambungan inilah yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan, pergantian dan penyerapan suatu teori (ilmu).